Cinta Kota Sendiri dengan Dijelajahi

426
views

SEBUTKAN setidaknya sepuluh tempat unik yang ada di kota Samarinda!

Sebagai seorang warga Samarinda, jawaban untuk soal di atas tentu sangat mudah. Karena pada kenyataannya, tempat-tempat unik tersebar di seluruh penjuru kota dan relatif enggak susah-susah amat untuk dijangkau. Mulai monumen patung Dayak “Selamat Datang” di Simpang Tiga, sampai Lamin di Desa Budaya Pampang. Dari tugu tangan berdoa di Palaran, hingga kelenteng pribadi Nan Shi Zhu (南石竹) di Sungai Lais. Belum lagi tempat-tempat yang ada di tengah kota, dan seringkali kita lewati saat berkendara.

Pertanyaan berikutnya, seberapa menarik tempat-tempat tersebut untuk bisa memunculkanexcitement, menumbuhkan rasa bangga, dan memberi kesan menyenangkan ketika dikunjungi, termasuk oleh orang-orang Samarinda sendiri? Ataukah tempat-tempat tersebut memang membosankan, dan tidak ada apa-apanya?

Jika memang begitu adanya, maka wajar bila saya–yang orang Samarinda ini–merasa cukup iri dengan Jakarta Walking Tour, aktivitas wisata murah meriah yang terinisiasi sejak setahun terakhir. Iri, lantaran nuansa seru yang begini sebenarnya juga bisa dihadirkan di Samarinda, bahkan di seluruh kota Indonesia. Tergantung apa konsepnya, seperti apa pengemasannya, dan bagaimana eksekusinya. Seperti yang akan diselenggarakan 25 Juni mendatang, sesi-sesi dilakukan secara bersamaan dalam rangka peringatan hari jadi kota Jakarta.

Journey
Source: @JKTgoodguide

Apakah ada peminatnya? Sekadar informasi, saat menulis artikel ini, kuota yang tersisa hanya untuk rute City Center 2, Cikini, Jatinegara, dan Pasar Baru. Selebihnya, sudah penuh! Padahal saya pengin ikut yang China Town.

Kalau kamu merasa sebagai orang Samarinda, pasti sudah bisa membayangkan rute-rute tur serupa di Kota Tepian. Bukan mustahil, penjelajahan seperti ini pasti seru dan menyenangkan. Selain itu, kegiatan sederhana seperti ini berpotensi bisa membantu tugas Dinas Pariwisata, Ekonomi Kreatif, dan Kominfo (Disparekrafkominfo) Samarinda, bahkan Dinas Pariwisata (Dispar) Kaltim dalam mempromosikan Kaltim.

Contoh rute, misalnya…

  • “Samarinda Tempo Doeloe”
    • Start dan finis: Balai Kota Samarinda. Di sana, bisa dijelaskan tentang sejarah pemindahan Balai Kota dari Jalan Milono ke sana. Peserta juga diajak untuk melihat sisa-sisa makam Tionghoa yang masih ada di salah satu bukit. Selain itu, peserta bisa melihat ramainya jalan Balai Kota yang dijadikan jogging track sembari jajan aneka makanan.

      Sisa-sisa bongpai (墳碑) di bukit samping Balai Kota. Dipotret pada 2010.
      Sisa-sisa bongpai (墳碑) di bukit samping Balai Kota. Dipotret pada 2010.
    • Lokasi 2: Taman Samarendah. Dari Balai Kota, peserta berjalan kaki lewat jalur tembus Jalan Kenanga ke Jalan Bhayangkara. Di sana, dikisahkan tentang gedung SMAN 1, SMPN 1, dan Lapangan Pemuda sebagai salah satu icon pusat kota Samarinda. Peserta juga diajak untuk mengenal fitur-fitur yang ada di Taman Samarendah tersebut.

      Taman Samarendah aerial shot.
      Taman Samarendah. Source: Prokal.co
    • Lokasi 3: Katedral Santa Maria lewat Jalan Milono. Sebagai gereja Katolik besar pertama di Samarinda, masih banyak warga kota ini yang tidak tahu kalau nama lengkap dari gereja tersebut adalah Katedral Santa Maria Penolong Senantiasa. Peserta juga diajak untuk menelusuri kompleks katedral, mengetahui bagian-bagian bangunan, serta mendapatkan penjelasan tentang ornamen yang tersebar di gereja tersebut. Peserta bahkan berkesempatan untuk mendengar langsung bunyi lonceng setiap pukul 4 sore.
    • Lokasi 4: Kawasan Pasar Pagi. Sebagai pusat keramaian mula-mula kota Samarinda, peserta diajak untuk mengenal daerah ini lebih jauh. Sedikit banyaknya ada beberapa bangunan lama yang masih bertahan. Misalnya: salah satu langgar di sebelah pusat oleh-oleh Fitriah, ada juga restoran Kepiting Kenari yang legendaris, termasuk areal Pasar Pagi itu sendiri.
    • Lokasi 5: Masjid Raya Darussalam. Boleh dibilang masjid ini adalah yang tertua kedua di Samarinda. Bangunannya memiliki ciri khas unik, penuh ornamen, dan indah. Termasuk dengan kolam air mancur yang ada di salah satu sisinya. Peserta akan mendapatkan penjelasan sejarah tentang pendirian masjid ini, termasuk penggeserannya dari pinggir Sungai Mahakam ke lokasi yang sekarang.
    • Lokasi 6: Kawasan Citra Niaga. Kota Samarinda pernah identik dengan kawasan ini. Pusat oleh-oleh dan kerajinan khas yang dianugerahi penghargaan Aga Khan Award lebih dari seperempat abad lalu. Peserta diajak untuk menjelajahi berbagai penjuru, melihat piala Aga Khan Award, juga memerhatikan prasasti batu yang ada di lapangan tengah. Sekaligus memerhatikan areal ekonomi di sekelilingnya, dan Jalan Niaga Selatan yang dulu pernah dijejeri PKL.
    • Lokasi 7: Mal Mesra Indah. Pusat perbelanjaan ini adalah mal modern pertama di Samarinda, dan tetap beroperasi hingga kini. Peserta yang pernah mengisi masa kecil dan remaja di mal ini pun diajak bernostalgia, dengan menelusuri setiap lantainya atau mencicipi makanan yang ada. Saat keluar dari mal ini pun jangan lewat jalan raya, melainkan mengambil jalur belakang yang tembus ke Jalan Mutiara. Di sana ada warung gorengan yang terkenal, dan warung gado-gado lama.
    • Peserta diajak kembali ke Balai Kota lewat Jalan Abul Hasan-Jalan Dahlia.Selain contoh rute di atas, saya yakin masih ada banyak tema yang bisa diangkat! Belum ke keleteng tertua di Samarinda, Tian Yi Gong (天儀宮) yang berusia lebih dari 115 tahun, atau warung kopi (di Jakarta kerap disebut Kopi Tiam) legendaris yang sudah dikelola generasi kedua dan ketiga, serta lain sebagainya.

Kegiatan penjelajahan seperti ini pada dasarnya bukan hal yang baru-baru banget di Samarinda. Sejak beberapa tahun lalu, sudah ada sejumlah organisasi maupun komunitas di Samarinda yang mengadakan acara sejenis, namun terbatas untuk kalangan tertentu saja, maupun tidak terorganisasi secara lebih luas.

Pemuda Theravada Indonesia (Patria) salah satunya. Dalam kegiatan outbuond bertajuk Rekreasi Interaktif (Rekin). Pada Rekin VI (2008), Rekin VII (2009), dan Rekin 8 (2012), panitia menyelipkan sesi “The Amazing Race”. Semacam permainan berantai dengan beragam lokasi, mulai Islamic Center sampai Kelenteng Tian Yi Gong dan sebagainya. Minimal di areal kompleks Unmul yang superluas itu.

Panitia peringatan hari jadi kota Samarinda dan Pemkot Samarinda setahu-dua tahun lalu juga pernah mengadakan acara penjelajahan serupa. Tetapi dikhususkan untuk para rider, atau pengendara motor. Begitu pula yang dilakukan sejumlah blogger Samarinda tahun lalu, dalam kegiatan bertajuk “Explore Samarinda: Wisata Sungai Mahakam”. Lagi-lagi, segmen penyelenggaraannya bersifat terbatas.

Permasalahan selanjutnya, barangkali enggak banyak orang Samarinda yang semacam kurang kerjaan untuk mengadakan kegiatan seperti ini. Jalan kaki pula. Ditambah lagi, mereka harus benar-benar punya wawasan tentang lokasi yang dikunjungi. Tapi jangan lupa, ini adalah kegiatan rekreasi. Bisa dilakukan saat akhir pekan atau hari libur. Lagipula, sudah ada beberapa komunitas yang bisa dilibatkan secara aktif dalam memulai gerakan “Cinta Kota Samarinda” ini. Sebut saja Komunitas Samarinda Bahari (KSB), maupun pengelola Galeri Samarinda Bahari. Setidaknya, komunitas-komunitas tersebut punya penutur, pencerita, maupun orang-orang yang bersemangat untuk berbincang dengan para tetua, para saksi mata.

“Cinta Kota Samarinda”. Ya! Kegiatan rekreasi ini seyogianya bisa menumbuhkan rasa cinta dan bangga terhadap kota tercinta ini. Akan tetapi kalau hanya dilakukan untuk gaya-gayaan; ajang pembuktian kekerenan; atau memenuhi sosial media semata, hasilnya tidak maksimal. Penyelenggaraannya bisa jadi berantakan. Tempat-tempat tujuan hanya didatangi untuk foto danselfie tanpa penjelasan tentang sejarah, aftertaste-nya berasa hampa dan garing. Enggak berkesan-berkesan amat, kecuali panas gerah dan capek jalan kaki. Panitianya enggak bakal mau bikin lagi,until proved otherwise.

Jadi, kapan mau mulai jelajahi kota sendiri?

[]

Tulisan ini juga dimuat di: Undas.Co

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

four × 3 =