Escape Plan

20 October 2013
source: theguardian.com

TIDAK banyak yang perlu Anda ketahui sebelum menonton “Escape Plan”, selain trailer, dan informasi tentang siapa bintang utamanya. Terutama bagi Anda yang tidak berharap banyak, karena merasa bahwa Sylvester Stallone dan Arnold Schwarzenegger memang sudah terlalu tua untuk dipaksa berlaga. Pasalnya, film karya Mikael Håfström yang tayang perdana pada Jumat (18/10) lalu ini, menyajikan ide cerita yang segar sejak awal. Lalu berhasil menjaga mood penontonnya hingga akhir kisah.

Sebagai seorang penghuni penjara, Ray Breslin (Sylvester Stallone) bukanlah narapidana biasa. Dengan otak a la MacGyver dan otot ala… Rambo (who else?), ia mampu berimprovisasi dengan apapun yang tersedia di sel tahanannya. Bisa ditebak, penjagaan penjara pun bukanlah masalah buatnya.

Reputasi Breslin sebagai Houdini di balik jeruji besi mengantarkannya ke sebuah penjara antah berantah dengan kondisi serba beda. Di sana, Breslin bertemu dengan Emil Rottmayer (Arnold Schwarzenegger), tahanan lainnya. Tujuan mereka hanya satu: melarikan diri dari penjara yang diklaim sebagai the tomb atau kuburan itu.

Upaya mereka untuk melarikan diri, mampu menjadi daya tarik dalam film berdurasi 115 menit ini. Ditambah dengan kejutan-kejutan yang ditampilkan oleh Miles Chapman, sang penulis naskah lewat beragam detail yang membuat “Escape Plan” bisa dinikmati lebih dari sekadar film action. Beberapa di antaranya seperti setting penjara, termasuk desain aula, sel tahanan, maupun struktur ruang isolasinya.

Sebagai film dengan karakteristik cerita yang berkutat pada kecerdasan individual, sebenarnya “Escape Plan” akan terasa lebih pas apabila dibintangi para aktor muda. Untung saja pemilihan Stallone dan Schwarzenegger sebagai pemeran utamanya tidak mengganggu eksekusi naskah. Di sisi lain, duet Stallone-Schwarzenegger pun terasa pas, kecuali pada beberapa bagian cerita yang terasa agak dipaksakan.

Stallone ditampilkan dengan banyak dialog panjang berisi penjelasan logis tentang sesuatu, termasuk yang berkaitan dengan konsep fisika dan kimia. Hal itu sukses membuat penonton ikut memahami trik yang dilakoni, dan tenggelam dalam keseruan. Hanya saja, vokal aktor gaek berusia 67 tahun itu terlalu berat dengan pelafalan yang agak sukar ditangkap. Kebanyakan penonton pun akhirnya hanya bergantung pada teks terjemahan. Di sisi lain, aksi yang dilakukan Stallone maupun Schwarzenegger pun terkesan dibuat tak sebengis biasanya. Maklum saja, faktor usia.

Kesimpulannya “Escape Plan” memang merupakan film yang menghibur. Tidak hanya bagi para penggemar Stallone dan Schwarzenegger saja, namun juga para penonton muda yang gampang terpukau dengan ide cerita yang mind-blowing.

[]