StreetDance 2

12 August 2012

SELALU ada keasyikan tersendiri saat menonton film bertema Dance Competition. Plot cerita yang ringan namun tidak dangkal, ditampilkan dengan segudang adegan menari yang mengagumkan. Apalagi, meskipun kita hanya mengenal wajah satu atau dua bintang filmnya, namun ada banyak figuran yang jadi eye-candy sebagai bonus. Wajar, mereka yang berperan sebagai tim Dancers, pasti memiliki fisik yang indah, dan kemampuan menari yang keren luar biasa.

Kesan audiovisual seperti itu juga diperoleh dari film “StreetDance 2”, yang tayang di Samarinda sejak Selasa (31/7) lalu. Sekuel dari “StreetDance 3D” (2010) ini lagi-lagi mampu membuat penontonnya berdecak kagum dengan aksi Street Dancing yang memerlukan teknik tersendiri.

source: rowthree.com

Lebih dari 50 persen adegan dalam “StreetDance 2” menampilkan atraksi menari dengan berbagai genre. Serupa dengan film pertamanya, tarian dalam “StreetDance 2” didominasi dengan gaya Hip-hop dan Breakdance, namun dipadukan dengan tarian khas Latin semisal Salsa, Rumba, dan Tango. Keduanya tampil secara terpisah, sama-sama memukau, sampai akhirnya dipadukan menjadi fusion yang unik. Lewat komposisi ini juga, kelemahan cerita dan drama berlebih yang ditampilkan oleh para pelakonnya bisa dimaafkan.

Cerita dalam “StreetDance 2” diawali dengan tokoh Ash (diperankan oleh Falk Hentschel) sebagai seorang penjual popcorn yang memiliki kemampuan Street Dancing, dan berambisi untuk mengalahkan kelompok Dancers yang arogan. Walaupun sebenarnya, tampang Falk yang sebelumnya populer sebagai penari latar Mariah Carey, dan Britney Spears ini, tampak terlalu bagus untuk hanya menjadi seorang penjual popcorn.

Demi bisa memiliki tim impian yang berisi para Dancers luar biasa, Ash dan Eddie (diperankan oleh George Sampson yang juga tampil dalam “StreetDance 3D”) berkeliling seantero Eropa. Meskipun bagian ini memunculkan kesan “enggak nyambung”, namun tak bisa dipungkiri ini menjadi salah satu bagian cerita yang paling saya sukai. Karena seperti dalam film “EuroTrip” (2004), penonton akan disuguhi dengan tampilan kota-kota besar di Eropa. Ash dan Eddie berasal dari London, mereka berkeliling ke Prancis, Praha, Amsterdam, Berlin, Roma, bahkan Ibiza yang terkenal indah itu. Para penari yang terkumpul dari berbagai kota itu, diajak bergabung dengan caranya masing-masing, karena mereka dikisahkan memiliki aneka profesi dan latar belakang yang berbeda.

Setelah semua anggota tim terkumpul, mereka akhirnya bertahan di Prancis menjelang kompetisi Street Dance tahunan. Di sana, Ash dan Eddie bertemu dengan Eva (diperankan oleh Sofia Boutella), penari di sebuah klub Latin. Kemunculan Eva dalam adegan pertamanya di film ini saya sebut amazingly beautiful! Adu Salsa yang dilakoninya di atas sebuah ring tinju benar-benar mempesona, indah, dan sensual. Pasalnya, tarian ala Latin seperti itu memang diciptakan untuk pasangan, saat sang pria harus bisa membuat pasangan wanitanya terlihat seksi dan menawan, serta membuat pasangan lain iri. Ini adalah bagian kalimat yang dikatakan oleh Manu (diperankan oleh Tom Conti), paman Eva.

Ada banyak gaya menari yang ditampilkan dalam “StreetDance 2”. Salah satunya bahkan mengadopsi gerakan dari jurus Dewa Mabuk yang pertama kali dipopulerkan oleh Jackie Chan dalam film kungfu keluaran tahun 80-an.
Tanpa perlu pakai acara tebak-tebakan, di penghujung cerita, Ash bersama tim Dancers-nya berhasil memenangkan kompetisi. The end, filmnya pun selesai.

Saya yakin, setelah menonton film ini, Anda pasti merasa mendadak mendapatkan dorongan untuk berolahraga, fitnes atau senam pembentukan badan. Karena pesan tersembunyi dalam adegan di sepanjang film seolah berkata; “lihat nih bodi gue, keren kan?”

[]