Resident Evil: Retribution

16 September 2012

TAK banyak film yang bisa berkembang dan tersuguhkan sebagai sebuah trilogi. Namun sebaliknya, ada beberapa judul yang bahkan bisa menghasilkan cerita keempat, kelima, dan seterusnya. Seperti “Resident Evil”.

September 2012, film yang diangkat dari permainan video berjudul sama ini kembali hadir dengan seri kelima.

Bertajuk “Resident Evil: Retribution”, film yang ditayangkan perdana secara internasional pada 14 September lalu ini tetap diisi wajah-wajah lama, yang muncul dalam pendahulunya: “Resident Evil: Afterlife” (2010). Ditambah dengan kehadiran tokoh baru, Ada Wong (Li Bingbing), yang juga ada dalam permainan videonya. Kemunculan ini bisa menjadi daya tarik tersendiri, terutama bagi para penggemar permainan video yang pertama kali muncul untuk Sega, 16 tahun silam.

Selain Li Bingbing yang tampil sebagai Ada Wong, juga muncul Mika Nakashima, artis sekaligus musisi populer Jepang. Sayangnya, dalam film ini dia hanya menjadi tokoh kelas 3 (nyaris figuran), yang muncul untuk kemudian dihilangkan. Ia tampil sebagai bagian dari entitas antagonis.

Sebagai film kelima, “Resident Evil: Retribution” menjadi kelanjutan episode dari “Resident Evil: Afterlife”. Bahkan adegan pembukanya menggambarkan bagian terakhir dari film sebelumnya.

source: pajiba.com

Secara garis besar, “Resident Evil: Retribution” tetap mengisahkan Alice (Milla Jovovich) melawan Umbrella Corporation, perusahaan rekayasa senjata biologis tanpa manusia, dengan para pasukan zombie-nya. Anda yang sudah menonton serial “Resident Evil” pasti tahu mengapa Umbrella Corporation saya sebut sebagai perusahaan “tanpa manusia”. Anda pun pasti akrab dengan kalimat “You all are gonna die down there,” yang diucapkan dengan aksen British. Namun bagi Anda yang tidak tahu rentetan ceritanya, tidak perlu khawatir, karena “Resident Evil: Retribution” akan diawali dengan kilas balik cerita “Resident Evil” sejak film pertama. Menggiring ingatan para penonton untuk kembali terkoneksi dengan pertanyaan “mengapa” dan “bagaimana”.

“Resident Evil: Retribution” dibuka dengan sebuah penyerangan yang membuat Alice tertangkap dan ditahan di sebuah sel isolasi milik Umbrella Corporation. Ia harus bisa keluar dari tempat tersebut, dan itulah inti cerita dari film ini. Selebihnya, Paul Anderson, sang sutradara akan menyuguhkan fakta-fakta baru seputar Umbrella Corporation dan fasilitas-fasilitasnya. Juga informasi baru mengenai mantan musuh bebuyutan Alice, Albert Wesker (and that explains why they use “Retribution”), sepanjang jalannya cerita. Di bagian paling akhir film, barulah penonton dibuat bergumam: “oh, begitu toh maksudnya.” Dengan demikian, saya menyebut “Resident Evil: Retribution” hanya muncul sebagai pengantar untuk film keenamnya. Entah sampai seri keberapa.

Dalam film ini, Alice digambarkan jauh lebih manusiawi. Memiliki keterbatasan fisik, mudah tak berdaya, dan tidak sekuat dalam film-film pendahulunya. Penyebab lemahnya fisik Alice inipun terjadi di film sebelumnya. Karena kondisi itulah proses pelarian dari instalasi milik Umbrella Corporation harus dibantu oleh orang lain. Ada Wong pun muncul dengan cool-nya, seolah-olah instalasi milik Umbrella Corporation itu sangat mudah untuk ditembus. Padahal, proses pelarian yang dijalani oleh mereka berdua (dan beberapa figur tambahan lainnya), terkesan susaaah banget (kalau mudah, filmnya jadi garing dong). Tolerable inconsistency.

Sisi manusiawi Alice juga tampak kuat dalam interaksinya dengan Becky (Aryana Engineer), tokoh paling muda dalam film ini. Milla Jovovich tampil manis, memberikan deretan adegan yang bisa dipakai tersenyum (karena sepanjang film cuma bisa bikin kaget, tegang, dan geregetan).

Tidak hanya mengerahkan pasukan zombie yang terinfeksi T-Virus saja, Umbrella Corporation pun mengerahkan kelompok agen yang dipimpin oleh Jill Valentine (Sienna Guillory). Sebelumnya, Jill adalah teman Alice, hingga akhirnya tubuh Jill dikuasai oleh Umbrella Corporation, itupun dengan media yang sangat sederhana dan membuat penonton berhak berceletuk: “kenapa enggak digituin aja dari awal sih?”

Terlepas dari itu semua, “Resident Evil: Retribution” tetap menyajikan aksi laga yang keren dan penampakan-penampakan mengagetkan yang khas. Anda hanya perlu bersiap-siap, agar jangan sampai popcorn yang Anda pegang berhamburan. Efek visual yang disajikan pun tetap terlihat sangat realistis, termasuk cipratan darah secara 3D, ditambah dengan kemegahan set yang menjadi latar belakang adegan. Berikutnya, suasana berteknologi tinggi yang independen (terlepas dari kendali manusia) terlihat intens, mewarnai aktivitas Umbrella Corporation.

Di Samarinda, film ini sudah ditayangkan pada 12 September lalu, dua hari lebih cepat daripada premiere internasional. Setelah menonton film ini, pasti banyak yang tertarik untuk mengetahui kelanjutan cerita di film berikutnya.

[]