Pernikahan di Tengah Pandemi

585
views

SETELAH diundur dua kali dan tertunda hampir setahun, akhirnya pernikahan bisa dilangsungkan juga. Meski masih di tengah-tengah pandemi; tidak berlangsung di Indonesia, tanpa orang tua maupun keluarga, dan dengan berbagai keterbatasan lainnya.


Baru berhasil masuk ke Australia pada awal Maret, tanggal pernikahan pun harus kembali diganti. Enggak kekejar soalnya.

Malah, bukan cuma tanggal, penyelenggara dan lokasi acaranya juga mesti diubah. Dari yang awalnya akan diresmikan oleh Celebrant atau pengampu dari Births, Deaths, and Marriages (BDM) Victoria di gedung kantornya, Old Treasury Building, menjadi peresmian pernikahan oleh Celebrant individual di Flagstaff Gardens, taman kota tertua di Melbourne yang sudah ada sejak 1862.

Lokasi pernikahan di Melbourne.
Old Treasury Building.
Source: oldtreasurybuilding.org.au
Lokasi pernikahan di Melbourne.
Salah satu sudut Flagstaff Gardens.
Foto: Bram Tumiwa

Perkara mempersiapkan rencana alternatif, yakni menentukan tanggal pengganti, memutuskan lokasi acara dan tempat jamuan, mencari Celebrant individual yang lowong pada tanggal dimaksud, serta beberapa aspek lainnya sudah dikonsolidasikan sebelum saya berangkat (namanya juga LDR, hehehe…). Belajar dari pengalaman, berlelah-lelah karena antisipatif tetap jauh lebih baik daripada letih karena kecewa, dan tidak habis-habisnya rasa bangga saya terhadap Nina, yang tangguh menangani sebagian besarnya sendirian di sana.

Masih ada waktu dua pekan sebelum tanggal pernikahan, kami manfaatkan untuk melengkapi printilan-printilan yang kurang. Mulai dari beli sneakers putih yang murah meriah, potong rambut, dan foto-foto pre wedding dengan kostum seadanya. Padahal, kami berdua sama-sama nyaris enggak pernah kebayang bakal menjalani yang namanya sesi pre wedding 😅.

Sabtu, 10 April 2021.

Kami beruntung enggak perlu bangun terlampau pagi untuk final preps, hanya ada calon mempelai wanita yang di-make-up.

Sudah deg-degan soal cuaca sejak semalam sebelumnya, dan lagi-lagi beruntung, hujan berhenti sejenak tepat saat seremoni berlangsung.

Tidak lama setelah kami tiba di lokasi, Celebrant individualnya juga sudah datang dengan segala perlengkapannya. Terutama meja lipat dan kursi plastik beserta taplak serta pernik-perniknya (termasuk plakat kode QR untuk check in sesuai ketentuan kesehatan, hand sanitizer), dan pengeras suara mini–peresmian pernikahan hanya akan dianggap sah apabila ikrar dan jawaban mempelai terdengar jelas.

Namun, enggak sampai di situ saja, berhubung pernikahan tidak bisa dihadiri orang tua dan keluarga masing-masing, kami pun mempersiapkan siaran langsung via YouTube dibantu oleh teman-teman di Jakarta sebagai operator, dan teman-teman undangan yang hadir di lokasi–ditodong–sebagai juru kamera dadakan. Thanks to technology, siaran langsungnya masih bisa ditonton, kalau mau, di sini.

Semua secara swadaya, jadi mohon maaf kalau gambarnya goyang-goyang 😅.

Karena seremoni ini pada dasarnya adalah pencatatan pernikahan secara sipil sesuai hukum yang berlaku setempat, titik utamanya ada pada dua hal: Pernyataan untuk menikah dari kedua mempelai (dan bisa ditambah ikrar pernikahan jika mau), dan kehadiran dua saksi yang turut menandatangani dokumen pengesahan pernikahan.

Berhubung pernikahan dilangsungkan oleh Celebrant individual, dokumen tersebut didaftarkan kembali ke BDM Victoria agar mendapatkan nomor registrasi kependudukan, sekaligus permintaan pencetakan akta pernikahan sebagai dokumen final. Lucunya, entah terselip atau ada penyebab lain, akta pernikahan baru kami dapatkan dua bulan kemudian terkirim lewat pos surat. Itu pun setelah beberapa kali berkorespondensi via email maupun panggilan telepon.

Sertifikat pernikahan.
Sah!

Sementara itu, kembali ke 10 April 2021, setuntasnya semua seremoni dan ketentuan yang harus dijalankan untuk peresmian pernikahan, hujan turun lagi. Semua teman yang diundang sudah diingatkan agar berjaga-jaga membawa payung, dan sebisanya menghindari lokasi parkir mobil yang terlalu jauh supaya enggak kebasahan. Untungnya, semua berjalan baik.

Suasana pernikahan di Melbourne, Australia.
Foto bareng dulu sebelum tambah deras.

Acara hari itu ditutup dengan jamuan sederhana dengan bottomless wine or beer 🍻 di Pastuso, salah satu restoran Peru yang lokasinya nyempil di AC/DC Lane. Kita, yang totalnya kurang dari 20 orang, ngumpul ngeriung di salah satu Function Room. Untung muat 😅, jadinya berasa sempit-sempit akrab sampai empat jam.

Yang jelas, kami berharap kebahagiaan ini enggak sebatas saat rame-ramenya saja, sebab justru kehidupan pernikahan adalah tantangan sebenarnya, kan?

Terima kasih, ya.

[]

2 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

fourteen − eleven =