Need for Speed

16 March 2014

DIANGKAT dari permainan video multi-platform yang terkenal, “Need for Speed” tentu saja hanya bercerita tentang balap mobil liar. Karena itu, Anda tidak perlu berharap plot yang kompleks, maupun eksekusi cerita yang brilian. Sedangkan sejumlah kontradiksi cerita yang terjadi, dimaklumi sajalah. Apalagi film yang tayang perdana Kamis (13/3) lalu ini juga minim bintang Hollywood kelas A. Namun semua ini–mungkin–tidak jadi masalah bagi para gamer penggemarnya.

Meskipun demikian, “Need for Speed” tetap bisa menjadi hiburan yang menyenangkan. Setidaknya, interaksi antara dua tokoh utama yang berlangsung sejak pertengahan hingga akhir film, maupun bumbu humor yang bertebaran mampu menarik perhatian. Di samping ketertarikan saya pada desain beberapa gimmick mobil supercar buatan Eropa yang ditampilkan.

source: screenrant.com

Memiliki tim mekanik terbaik, tak membuat Tobey Marshall (Aaron Paul) mampu menyelamatkan bengkel warisan ayahnya dari utang. Karena itu, ia terpaksa menerima tawaran Dino Brewster (Dominic Cooper), musuh bebuyutannya, untuk menyelesaikan modifikasi total satu unit mobil Mustang.

Modifikasi ala “Pimp My Ride” berhasil dilakukan, meskipun sayang eksposenya sangat terbatas. Berbeda dengan–sebut saja–seri “The Fast and the Furious: Tokyo Drift” (2006) yang benar-benar menonjolkan kreasi modifikasi interior dan eksterior gila-gilaan. Lalu, dari unit Mustang yang sama pula, cerita bergulir memasuki fase tragedi. Perseteruan Tobey dan Dino terus meruncing. Hingga akhirnya, bisa ditebak, mereka berduel dalam balapan liar di penghujung cerita.

Dengan perantara Mustang itu pula, penonton bertemu dengan Julia Maddon (Imogen Poots). Lakon yang memikat hati lantaran:extremely intimidating but elegant and sexy British accent, pustakawan bidang otomotif, wajah tipikal Britain’s beauty, dan penampilan yang menyenangkan. Bahkan jauh lebih menyenangkan hati penonton, ketimbang penampilan Tobey yang terkesan berbeban berat, jarang bahagia, dan selalu bermuram durja.

Kegilaan lain yang mewarnai “Need for Speed” adalah kelakuan para teman Tobey, yang bahkan lebih menggembirakan dari keseluruhan cerita. Anehnya, meskipun ini adalah film tentang balap mobil, namun hanya Tobey dan Pete (Harrison Gilbertson) saja yang memiliki adegan berlomba. Selebihnya, Benny (Scott Mescudi), Joe Peck (Ramon Rodriguez), dan Finn (Rami Malek), seolah hanya menjadi tim teknis yang memantau lewat monitor maupun melakukan tindakan pendampingan lainnya. Kendati demikian, menariknya semua lakon sampingan itu mendapat adegan kunci mereka masing-masing. Ada yang menggelikan, namun ada juga yang mendebarkan.

source: screenrant.com

Sementara itu, sejumlah ikon khas game “Need for Speed” jelas dimunculkan pada beberapa bagian. Misalnya, desain speedometer futuristik yang muncul dalam Mustang. Saking futuristiknya, sampai-sampai terasa jomplang dengan panel dasbor yang dipasangi iPad (based on what I’ve heard) alih-alih Apple CarPlay. Selain itu, juga pada penempatan checkpoint yang umum menjadi patokan waktu dalam rute balap mobil “Need for Speed”.

Selebihnya, di akhir cerita, kita semua sudah tahu hasilnya. Jagoannya pasti menang balapan, meskipun kesan yang disisakan dari proses menuju akhir cerita tersebut, serba nanggung.

[]