Men in Black 3

147
views

FINALLY, they’re back!

Film terbaru dari rangkaian judul “Men In Black” (MIB) akhirnya tayang. MIB3 Kembali menyuguhkan kombinasi menyegarkan antara sains fiksi bertema makhluk asing dengan segala efek visualnya, humor khas dan akting mumpuni para selebriti Hollywood, serta jalan cerita yang tidak terduga.

Secara internasional, film ini tayang perdana sejak Jumat (25/5) lalu, namun beruntung bagi pecinta film di Kota Tepian (dan kota-kota lain di Indonesia) karena bisa menikmati MIB3 dua hari lebih awal, yakni mulai Rabu (23/5) lalu.

Kehadiran MIB3 memang ditunggu, mengingat jarak rilis yang jauh antara film-film tentang agensi rahasia penghubung bumi dengan kehidupan dari planet maupun galaksi lain ini. Sekadar pengingat, MIB rilis pada Juli 1997, lebih dari sepuluh tahun lalu. Disusul dengan MIB II yang rilis pada Juli 2002. Rentang waktu yang cukup, sangat cukup untuk meramu alur cerita yang istimewa dan berbeda dibanding film sebelumnya.

Ketiga film MIB ini ditangani oleh Barry Sonnenfeld, dan mungkin karena itu, dengan menyaksikan MIB3 membuat saya langsung teringat akan dua film sebelumnya tanpa harus bersusah payah mengerahkan ingatan: saat pertama kali James Darrell Edwards III direkrut menjadi agen di MIB, atau ketika Agent J berusaha sekuat tenaga untuk mengembalikan ingatan Agent K yang dikisahkan telah pensiun dan telah di-neuralize (dihilangkan ingatannya).

Karakteristik unik ini juga yang membuat saya kaget dan terharu pada bagian akhir MIB3. Ternyata, hubungan emosional antara Agent J dan Agent K sudah terjalin jauh sebelum mereka bermitra, dan dalam MIB3 juga, akhirnya terkuak satu alasan kuat lain mengapa Agent K memilih James Darrell Edwards III menjadi agen di MIB (seperti yang diceritakan dalam MIB pertama).

Secara singkat, MIB3 tetap mengisahkan tingkah Agent J dan Agent K sebagai “pasangan jagoan” senior di agensinya dalam menertibkan kelakuan alien di bumi. Hanya saja, kali ini mereka menghadapi alien penjahat berpenampilan sangar bernama Boris yang sebal jika dipanggil “Boris the Animal”, tahanan lintas galaksi berbahaya yang kembali mengancam bumi setelah 40 tahun ditahan di penjara luar angkasa.

source: the-marketeers.com

Perjuangan mereka mengalahkan Boris ternyata tidak sekadar melibatkan aksi tembak-tembakan dengan pistol mengilap yang mengeluarkan sinar berwarna biru, namun juga menggugah perasaan keduanya. Kebetulan, karena kasus ini juga muncul krisis komunikasi antara mereka berdua. Agent J mempermasalahkan sikap Agent K, yang digambarkan sudah lebih tua dan tidak sensitif, dan lagi-lagi jawabannya baru terkuak di akhir cerita. Oke, cukup sampai di situ.

Terlepas dari itu, Anda akan dibuat tertawa dengan semua detail yang disuguhkan dalam film berdurasi 106 menit ini. Gaya sok sangar dari Boris, wajah lurus tanpa ekspresi dari Agent K “tua”, serta gaya cuek dari Agent K “muda”, dan beragam hal menarik lainnya.

Remeh Tapi Menyenangkan

BANYAK unsur yang membuat MIB3 menjadi tontonan yang sangat lucu.
Mulai dari script-nya sendiri; bagian dalam cerita yang penting maupun yang remeh lengkap dengan punchline (kalimat dialog pemecah tawa) andalannya. Semisal adegan ketika Agent J me-neuralize atau menghapus ingatan para turis di Chinatown, atau pada saat Agent K diminta untuk menyampaikan pidato dalam upacara duka atas kematian salah satu agen senior.

Selain itu, juga dalam akting Will Smith menampilkan sosok Agent J yang selama ini sudah sukses mengguncang perut kita dalam MIB dan MIB II, berpadu dengan Tommy Lee Jones sebagai Agent K yang luar biasa cuek saat berinteraksi dengan mitra kerjanya.

Selain hal-hal tersebut, kelucuan yang tersaji dalam MIB3 juga makin lengkap dengan hadirnya tokoh-tokoh berperan remeh dalam jalannya cerita namun penting dalam menghadirkan perasaan lengkap kala menonton film ini.

Dari sejumlah peran remeh namun penting ini, sebut saja tokoh Griffin yang muncul di pertengahan hingga bagian akhir film dan membuat kita merasa bahwa tokoh yang diperankan oleh Michael Stuhlbarg ini adalah tokoh paling bijaksana.

Bukan sebuah kebetulan bila saya, dan mungkin Anda, merasa bahwa gerak tubuh termasuk senyum Griffin mengingatkan kita akan aktor fenomenal Robin Williams.

Ada juga Bill Hader, yang berperan sebagai Agent X sekaligus “Andy Warhol”, tokoh seni Amerika Serikat yang nyentrik (perhaps You know it).

Ada pula tokoh Agent O yang dibawakan dengan brilian oleh Emma Thompson, aktris kawakan yang belakangan kita nikmati aksinya di dua film “Nanny McPhee” lengkap dengan bahasa Inggris aksen British yang menjadi ciri khasnya. Kebrilianan Emma Thompson yang muncul dalam kurang dari sepuluh adegan di MIB3 benar-benar memberikan kesegaran yang jenaka. Apalagi dalam salah satu adegan, Emma Thompson “mampu” mengeluarkan suara alien yang menurut saya luar biasa menggelikan.

Tidak salah apabila MIB3 masuk dalam jajaran film dengan sejumlah peran remeh namun menyenangkan, tampil dengan proporsinya masing-masing dan tidak merampas perhatian utama dari konsep dasar cerita.

[]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

1 × 1 =