Mahakam Jazz Fiesta 2013

101
views

TAHUN lalu (2012), saya benar-benar excited soal Mahakam Jazz Fiesta (MJF); festival Jazz pertama di Samarinda yang bukan sekadar event komunitas dengan lingkup terbatas. Sayangnya, saya berhalangan hadir, dan gagal untuk menuntaskan excitement tersebut sambil berharap agar panitia MJF 2012 tidak kapok. Sehingga MJF bisa kembali terselenggara di tahun berikutnya.

Tahun ini, saya berkesempatan menjadi bagian dari crowd MJF 2013 pada 1 dan 2 November tadi. Meskipun tanpa bayangan maupun pembanding dari penyelenggaraan sebelumnya, kehadiran kembali MJF di Samarinda sendiri sudah menjadi bukti bahwa event ini memang dinanti. MJF 2013 juga masih menjadi bagian dari Festival Mahakam, event kepariwisataan milik Pemkot Samarinda.

Dengan konsep penyelenggaraan yang sama seperti sebelumnya, MJF 2013 dapat disaksikan secara gratis. Hanya saja, tahun ini panitia menyediakan undangan online lewat registrasi via MahakamJazz.com. Cara ini tentu menghasilkan database penonton untuk panitia, sekaligus bisa menjadi bukti klaim bahwa MJF 2013 dihadiri sekitar 4.000 warga Samarinda dan sekitarnya.

20131108-154955.jpg
Sebagai penonton perdana MJF dan penikmat Jazz awam, ada banyak hal yang berkesan bagi saya. Lantaran genre musik dan lagu yang selama ini hanya bisa saya nikmati lewat playlist pribadi, akhirnya bisa disaksikan secara live dibawakan oleh para musisi nasional bahkan internasional. Lewat panggung MJF 2013 juga, saya menyaksikan penampilan band-band Jazz lokal yang tak kalah keren. Pertunjukan yang jarang bisa saya temui di Samarinda. Boro-boro penampilan band Jazz lokal, lha wong saksofon saja masih jadi instrumen yang langka dimainkan secara publik (atau memang saya yang kuper).

Sementara itu, soal karakteristik penonton MJF 2013, old habits die hard. Dari gaya mereka menyaksikan setiap penampilan yang disajikan, penonton mungkin bisa dibagi menjadi tiga kategori: grooved, grouped, dan first-timer.

Grooved adalah para penonton yang benar-benar menikmati aksi panggung. Tanpa sungkan, mereka akan bergoyang mengikuti irama musik, atau sing along. Tak peduli hanya datang sendirian, mereka tetap enjoy. Para penonton yang sudah pernah menyaksikan MJF 2012 dan kembali menghadiri MJF 2013, juga masuk dalam kategori ini. Hentakan musik yang dibawakan, mampu bikin mereka feel alive.

Grouped adalah para penonton yang datang berkelompok. Baik duduk lesehan di area gratisan atau punya meja sendiri karena memesan paket reservasi, kelompok penonton ini enjoy bareng-bareng. Makin seru karena mereka memang berjumlah banyak.

Sedangkan first-timer adalah mereka yang terkesan malu gerak bahkan untuk sekadar goyang kepala maupun menghentak kaki, jaim, atau mungkin hanya datang untuk pengin tahu. Selebihnya, kelompok ini juga termasuk penonton dengan penampilan sedemikian rupa yang mereservasi meja untuk datang, duduk, pesan makanan-minuman, dan menonton aksi panggung sambil lalu, serta pada akhirnya hanya ingin numpang eksis via Twitter, Path, Instagram, Facebook, maupun Foursquare.

Terpisah dari ketiga kategori penonton di atas, MJF 2013 juga disaksikan para musisi—anak band—lokal yang senang mempelajari hal baru soal keterampilan bermusik maupun seni pertunjukan. Wajar saja, karena MJF 2013 menghadirkan sejumlah musisi kawakan dengan ikon instrumennya masing-masing. Seperti drummer M Iqbal, komposer Dwiki Dharmawan, Idang Rasjidi, kelompok kuartet Boi Akih asal Belanda, termasuk lusinan bassist maupun keyboardist yang keren.

Dengan ini semua, tak salah jika MJF 2013 menjadi event yang selalu ditunggu setiap tahun. Tidak hanya oleh pecinta Jazz, tapi oleh masyarakat Samarinda secara umum yang gandrung dengan aksi panggung berkualitas. Lagi-lagi, semoga para panitia MJF termasuk para sponsor acara, tidak kapok untuk kembali mengadakannya.

[]

Posted from WordPress for iPhone.

4 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

seven + 7 =