Fast and Furious 6

26 May 2013
1

MENJADI serial yang selalu identik dengan mobil keren hasil modifikasi, balap liar di jalan umum dengan manuver ekstrem, gaya hidup hedonistik, tubuh berotot yang kerap membuat bergidik, para wanita cantik bertubuh molek dengan backsound dentuman musik, pencurian tingkat tinggi, senjata dengan teknologi mutakhir, kepiawaian berkelahi, intrik dengan mafia kelas dunia, dan ikon-ikon kekerasan (maupun “kekerasan” berbeda, if You know what I mean) lainnya, dengan mudah serial “Fast and Furious” mendapat tempat tersendiri di hati para penikmat film. Bonusnya, ada pada kepiawaian sutradara dan penulis naskah dalam menyusun dan menyambung cerita antarjudulnya.

Setelah dibuat penasaran dengan post-credits­ scene pada “Fast Five” (2011), dalam “Fast and Furious 6”, Justin Lin menampilkan lanjutan kisah hidup Dominic “Dom” Toretto (Vin Diesel), Brian O’Connor (Paul Walker), Mia Toretto (Jordana Brewster), Roman (Tyrese Gibson), Tej (Chris “Ludacris” Bridges), Han (Sung Kang), Gisele (Gal Gadot), dan Elena (Elsa Pataky) setelah sukses besar-besaran di Brazil. Tapi tidak hanya itu, Justin Lin juga menampilkan benang merah baru dengan cerita “Fast and Furious” (2009), bahkan dengan “The Fast and The Furious: Tokyo Drift” (2006). Kaitan cerita yang dimunculkan begitu halus, tersaji dengan tepat dan mengundang penonton untuk bergumam “oalah…”

Pascakeberhasilan di Rio de Janeiro, Dom dan rekan-rekannya sudah menjadi orang kaya dengan hidup yang tenang. Dom (he looks old) dan Elena menjadi pasangan seksi yang bikin iri, Brian (and he looks older) dan Mia berhasil melangkah ke fase terbaru dalam hidup mereka, Roman dan Tej sama-sama menikmati kekayaannya dengan cara yang berbeda, sedangkan Han dan Gisele sedang terlibat dalam diskusi yang serius dan memerlukan kedewasaan mengenai masa depan antinomad. Sampai akhirnya, post-credits scene dari “Fast Five” membuat Hobbs (Dwayne “The Rock” Johnson) terpaksa kembali berpaling pada kelompok penjahat favoritnya itu.

Hobbs terpaksa bergabung dengan geng tersebut, untuk menghadapi geng penjahat lain yang tak kalah hebat. Kelompok itu dipimpin Shaw (Luke Evans), dan melibatkan sosok yang telah dihilangkan dari “Fast and Furious”. Aksi geng versus geng ini menjadi esensi dalam film yang tayang di Samarinda sejak Rabu (22/5) ini. Spoilers free! Yang pasti, selalu ada aksi-aksi model baru yang membuat seisi bioskop terperangah lalu mengumpat (salah satunya seperti penonton yang duduk di sebelah saya).

source: filmofilia.com

Jangan lupa, seperti yang telah digembar-gemborkan dalam setengah tahun terakhir, “Fast and Furious 6” menampilkan Joe Taslim yang berhasil menjadikan “The Raid” sebagai pijakannya untuk merambah Hollywood lebih jauh. Ia menjadi Jah (yang membuat saya sangat penasaran, siapa nama panjangnya), anggota geng musuh. Untungnya, Joe Taslim tak sekadar muncul sebagai anggota geng musuh yang muncul sekejap lalu tewas begitu saja. Ia menjadi petarung tangguh yang mampu meng-handle dua anggota geng Dom secara sekaligus. Keberadaan Jah terus bertahan hingga penghujung cerita, tentu dengan akting nonlaga yang keren juga. Semoga setelah ini, karir internasionalnya semakin menanjak. 🙂

source: movie.lintas.me

Terlepas dari itu, ada tiga hal yang cukup menarik perhatian saya untuk sok-sokan mengamati. There’re less butts on screen. Dengan kesan yang seolah ingin sedikit lebih sopan, “Fast and Furious 6” tampil agak berbeda dibandingkan prequels-nya. Ya, enggak jadi masalah sih. Cuma ya ketahuan kan, penonton yang niatnya ingin mencari pemandangan lekukan. Kedua, Roman dan Tej benar-benar menjadi kunci komedi dalam film ini. Ada banyak line kocak yang cukup mudah dipahami secara umum, membuat “Fast and Furious 6” tidak hanya melulu berisi aksi laga, adu balap, serta fitur tubuh pemacu adrenalin, tapi juga cocok untuk olahraga rahang. Poin terakhir ada pada mobil-mobilnya, like… DAMN!

[]