Era Desain Berakhir?

125
views

BEBERAPA dari Anda, mungkin masih ingat kehebohan yang dimunculkan Nokia ketika meluncurkan ponsel kamera pertamanya dengan seri 7650, termasuk di Samarinda. Lebih dari sepuluh tahun lalu.

Kala itu, Nokia 7650 tidak hanya diburu karena fitur kameranya, namun juga karena desainnya yang keren, berupa sliding yang gagah. Sehingga, walaupun mesti dibeli dengan harga yang lumayan mahal, memiliki Nokia 7650 berarti memiliki ponsel tercanggih (pada saat itu) dan terkeren (bahkan hingga kini, masih banyak yang tidak bisa memungkiri bahwa desain 7650 memang unik dan berkarakter).

nokia_timeline
Source: onlinemarketing-trends.com

 

Setelah 7650, Nokia kian memantapkan posisinya sebagai produsen ponsel Market Leader dunia lewat seri-seri berikutnya. Sebut saja seperti 3650, yang memiliki ukuran lumayan besar, namun dengan susunan keypad melingkar yang unik sekaligus aneh. Keanehan itu pada awalnya menyulitkan pengetikan, sehingga siapapun yang bisa lancar mengetik dengan keypad seperti itu sudah mampu merasa bangga luar biasa. Sampai akhirnya Nokia berhasil membaca pikiran konsumennya, dan menciptakan Nokia 3660 berdesain serupa namun dengan susunan keypad yang normal.

Seakan tak tergoyahkan sebagai gudangnya ahli desain, Nokia terus meluncurkan ponsel-ponsel dengan desain yang ajaib. Seperti Nokia 7600 yang memiliki desain seperti daun, dengan keypad yang terbagi di kanan kiri layar; ada juga Nokia N-Gage yang speaker-nya berada di samping bodi; termasuk juga Nokia 7280 Fashion, yang hingga saat ini cara mengetiknya masih menjadi misteri bagi saya.

Dengan beragam desain yang aneh itu, Nokia memegang kunci tren. Walaupun secara teknologi, semua ponsel keluaran Nokia dijalankan dengan OS Symbian biasa, yang sangat kaku jika dibandingkan dengan iOS, OS Blackberry, OS Android, maupun OS Windows Phone (WP) dengan kecanggihannya masing-masing.

Memiliki perjalanan yang sama seperti Nokia, Motorola juga sempat memukau dunia dengan desain ponselnya. Sebut saja Motorola V3 yang sangat tipis itu, yang hingga kini masih banyak digunakan di seluruh dunia. Lalu, terselip di belakang merek-merek ternama, ponsel LG muncul dengan berusaha mengeksplorasi ragam desain yang masih ada.

Tren ponsel dengan pamor pada desainnya mulai luntur sejak lebih dari lima tahun terakhir. Ketika Apple mulai memunculkan iPhone generasi pertama dengan desain full touchscreen pertama. Blackberry juga muncul dengan desain yang lebar dan keypad QWERTY dengan unggulan pada fitur email dan penjelajahan internet yang jauh lebih mudah. Menyusul keduanya, ponsel Android juga hadir, sebagai pesaing.

Semenjak itu, desain ponsel seolah jadi seragam. Tidak ada yang terlampau aneh lagi. Pergerakan Nokia mendadak melambat, karena dengan sangat terpaksa harus mengikuti arus pasar. Menurut saya, desain unik khas Nokia tertahan sampai generasi Communicator yang dulu disebut seperti laptop mini. Persaingan pun melulu diisi oleh Apple, Blackberry, dan vendor Android seperti Samsung, dan LG.

Lalu bagaimana dengan desainnya? Ponsel Apple alias iPhone, akan tetap memiliki desain yang full touchscreen pada bodi berbentuk kepingan padat, terbukti dari iPhone 2G, iPhone 3G, iPhone 3GS, iPhone 4, dan iPhone 4S. Sedangkan Blackberry, tetap mewariskan model yang serupa dengan pendahulunya; lebar, dengan jejeran keypad QWERTY di bawah layarnya. Nyaris tak ada evolusi desain mendasar dari seri Curve dan Bold beserta turunannya (Bold, Gemini, Onyx, Onyx2, Apollo, Dakota, hingga Porsche P9981 sekalipun). Untuk Android, kini seolah-olah sudah tidak bisa dipisahkan lagi dari Samsung, yang setiap sekian bulan sekali mengeluarkan varian terbaru Androidnya. Padahal, jauh sebelum Android dibesut Samsung, desain ponselnya juga begitu-begitu saja. Sementara itu, LG Android menghadirkan rona yang jauh lebih bervariasi ketimbang Samsung, namun (mungkin) karena strategi pemasaran dan promosi yang kalah “nyaring” dibanding Samsung, akhirnya kurang begitu dikenal. Walaupun sebenarnya, versi OS Android yang disajikan tidak berbeda.

Kenyataan ini memunculkan prediksi, bahwa hingga akhir 2012 mendatang, desain ponsel tetap akan didominasi oleh rupa yang begitu-begitu saja. Desain hanya berkutat pada bahan penyusun, dan ketipisannya, tak lagi membuat pemegangnya merasa bahwa gadget yang ada di genggamannya memiliki keunikan yang berbeda dibanding yang lainnya.

Di sisi lain, penggunaan ponsel memang sudah bergeser ke fungsi, ketimbang rupa, yang menyebabkan ponsel-ponsel “jadul” berdesain ajaib tadi hanya jadi menjadi barang-barang koleksi.
Mungkin benar, era desain pada ponsel memang sudah berakhir.

[]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

19 − 4 =