Captain America: The Winter Soldier

6 April 2014

MARVEL Studios benar-benar sukses membangun semestanya sendiri. Semesta yang tak pernah kehilangan event-event besar sebelum dan sesudah peristiwa “Marvel’s The Avengers” (2012), momen crossover pertama yang menjadi patokan. Yaitu ketika para pahlawan super terhimpun menjadi sebuah paguyuban tertutup. Pengondisian ini berhasil, didukung dengan melimpahnya seri Marvel Comics sebagai sumber cerita.

source: usatoday.com

Menyusul “Iron Man 3” (2013) dan “Thor: The Dark World” (2013), kali ini giliran Steve Rogers alias Captain America (Chris Evans) yang tampil sebagai bintang utama dengan urusannya sendiri. Dalam “Captain America: The Winter Soldier”, seolah digambarkan hanya Steve Rogers yang masih aktif terhubung dengan S.H.I.E.L.D., organisasi super-rahasia yang berhasil “membangkitkannya”–sehingga sudah seharusnya bertanggung jawab memberikan nafkah kepadanya–dari fase cryogenic selama tujuh dekade.

Pencuri perhatian pertama dalam film ini, adalah satu hal sederhana sebagai ornamen cerita. Sebelum berhadapan dengan konflik utama, penonton diajak untuk melihat upaya si kekar mengejar ketertinggalan budaya. Bisa dibayangkan, ada jutaan hal yang muncul dan tenggelam dalam peradaban manusia sejak masa Perang Dunia II (PD II) hingga era iOS 7. Tapi Christopher Markus dan Stephen McFeely–duo penulis cerita–malah memunculkan buku catatan kecil yang selalu dibawa jagoan kita ke mana-mana. Isinya belum banyak. Terlihat baru ada sepuluh poin yang menjadi PR Steve Rogers untuk dicari tahu kemudian. Dengan memerhatikan detail catatan yang sudah tertulis di sana, para penonton (saya, salah satunya) dibuat mind blown. Manuver yang keren. Untuk kemudian, kembali dibuat mind blown oleh figur yang terlibat dalam adegan “buku catatan” tersebut :D.

Masalah yang dihadapi Steve Rogers dalam film berdurasi lebih dari dua jam ini rupanya tak jauh-jauh dari kisah dalam prequel­­-nya: “Captain America: The First Avenger” (2011). Kesannya linier. Steve Rogers dan sejumlah lakon protagonis lain mesti berbenturan dengan skandal, pada latar belakang yang tidak terduga–bahkan oleh para anggota The Avengers–atas sistem yang sudah berjalan sebelumnya. Hanya saja, situasi tersebut membuat efek kejut ceritanya less surprising. Kalah berkesan dibanding aksi laga Captain America melawan musuh-musuhnya, termasuk sang tokoh sentral: The Winter Soldier.

source: filmdump.com

Tak bisa dimungkiri, duel Captain America versus Winter Soldier paling menyerap konsentrasi dan antusiasme penonton. Pada banyak adegan, kekuatan mereka imbang. Membuat penonton terus penasaran, siapa sebenarnya pemilik julukan The Winter Soldier tersebut. Sayangnya, bagi saya, efek dramatis setelah identitas The Winter Soldier terkuak hanya berupa “Oh…” yang cukup panjang. Sudah, begitu doang. Sehingga pada intinya, “Captain America: The Winter Soldier” melulu terikat dengan masa lalu.

Tapi, hei! Jangan khawatir. Penonton yang jeli, apalagi yang merupakan pembaca komik-komik Marvel, pasti akan kegirangan melihat begitu banyak benang merah yang dimunculkan sebagai detail. Salah satunya, Anda bisa menemukan wajah tokoh figuran antagonis yang sama, antara dalam “Captain America: The Winter Soldier” dan “Iron Man 2” (2010). Termasuk yang dihadirkan di adegan post-credits, yang kemungkinan besar diprediksi bakal menjadi jembatan antara dunia “The Avengers” dan “X-Men”! Sekadar informasi, ada dua adegan post-credits dalam film ini. Pastikan diri Anda untuk tidak beranjak dari ruang bioskop, sebelum menyaksikan keduanya. Atau setidaknya sampai operator proyektor film dengan sotoy-nya memotong film begitu saja :/.

Sementara itu, tayang perdana di Samarinda Rabu (2/4) lalu, format yang ditawarkan adalah 2D (untuk disusul format 3D pada keesokan harinya). Pada format reguler, penonton dapat melihat beberapa bagian yang seharusnya bisa dinikmati sebagai “pijatan mata” kala mengenakan kacamata 3D. Lantaran itu juga, penonton bisa melihat bahwa efek CGI diupayakan tampil seimbang dengan modifikasi manual.

Hasil akhirnya, penonton dibuat makin tak sabar untuk menyaksikan film Marvel Studios berikutnya.

[]