Breaking Dawn – Part 2

18 November 2012
6

NOVEMBER tahun lalu, Bella (Kristen Stewart) yang sudah menikah dengan Edward (Robert Pattinson) dan tengah hamil anak pertamanya, berubah dari seorang gadis cantik menjadi seseorang yang sangat kurus, pucat dan lemah.

Setelah melalui proses persalinan yang ekstrem saat Bella sekarat, Renesmee lahir. Edward pun terpaksa melakukan sesuatu untuk menyelamatkan nyawa Bella. Sesuatu yang bisa mengubahnya.

“Breaking Dawn – Part 2” menampilkan kelanjutan cerita mereka: bagaimana Bella menyesuaikan diri dan menjalani kehidupannya yang baru; bagaimana Renesmee terus tumbuh menjadi anak ajaib nan cantik; serta bagaimana Keluarga Cullen melanjutkan kehidupan mereka sebagai kelompok vampir yang tinggal berdampingan dengan manusia.

Semuanya berjalan begitu tentram, nyaris tanpa diwarnai masalah secara berlebihan. Termasuk ketika Bella tersinggung dengan panggilan sayang Jacob (Taylor Lautner) untuk Renesmee karena alasan dan line yang menggelikan, maupun hal-hal lain yang bisa dianggap sepele dalam dunia pervampiran.

Sampai akhirnya Irina (Maggie Grace, yang mirip sekali dengan Carissa Putri) muncul dan mengira Renesmee adalah Immortal Child, bocah vampir yang berbahaya. Irina melaporkan hal ini kepada Volturi, dewan pengawas vampir sedunia. Membuat Keluarga Cullen harus menghadapi sebuah proses penghakiman, yang bisa berakhir pada pemaafan, atau malah kematian.

Tidak sekadar menghimpun kekuatan untuk mengantisipasi pertempuran, Keluarga Cullen juga mengumpulkan para kenalan vampir dari berbagai belahan dunia untuk menjadi saksi layaknya dalam sebuah persidangan. Hingga saat salju sudah tebal, Volturi datang.

source: screenrant.com

Berbeda dengan empat judul pendahulunya (“Twilight”, “New Moon”, “Eclipse”, dan “Breaking Dawn – Part 1”), “Breaking dawn – Part 2” sepenuhnya bebas dari drama asmara. Seperti vampir yang galau karena naksir seorang cewek di sekolahnya, tapi ragu-ragu; ABG yang labil dan tidak bisa menentukan pilihan antara dua cowok, namun bersikap seolah memberikan harapan pada keduanya; cinta segitiga antara manusia-vampir-manusia serigala; sampai pengantin baru yang ternyata masih bisa tergoda mantan gebetannya.

Alur cerita yang tersaji, membuat “Breaking Dawn – Part 2” tak hanya bisa dicerna oleh penggemarnya saja. Karena film-film serial “The Twilight Saga” sebelumnya, yang cenderung lebih berkenan di hati kaum hawa. Meskipun demikian, keseruan dalam film yang disutradarai Bill Condon ini terasa tak sampai separuhnya (well, the screenplay also written by Stephenie Meyer).

Bisa ditebak, bagian paling seru dalam film berdurasi hampir dua jam ini ada di penghujung film. Cerdiknya, setelah seisi bioskop berteriak, kemudian bertepuk tangan, lalu berteriak sambil bertepuk tangan, jalan cerita berubah menjadi twist yang mampu membanting emosi penonton. Wajar saja, karena jalan ceritanya dimodifikasi dan dibuat berbeda dari isi novelnya.

source: hypable.com

Dalam “Breaking Dawn – Part 2”, sepertinya Kristen Stewart benar-benar mencoba menghayati perannya sebagai a newborn vampire yang jauh lebih kuat ketimbang dalam cerita-cerita sebelumnya. Sepanjang film, gerak gerik Kristen menunjukkan dominasi dan kendali, mulai dari panjat tebing sampai panjat suami. Bahkan ada dua bagian di awal cerita yang membuat Kristen terlihat benar-benar menjiwai karakteristik “berkekuatan fisik” tersebut. Mungkin kebetulan terbantu dengan sifat alami Kristen yang tomboi.

Di sisi lain, pipi Kristen terlihat lebih tirus, membuat penonton teringat dengan penampilannya di “Breaking Dawn – Part 1”. Kondisi fisik ini kian jelas terlihat saat Bella menunjukkan sejumlah ekspresi wajah seperti saat marah, maupun kala berseringai. Dalam film ini, ia lebih ekspresif dibandingkan di film-film sebelumnya.

Sebaliknya, tokoh Edward lebih sering terlihat santai dan lega. Entah, bisa jadi karena tuntutan peran (lantaran istri dan anaknya sudah selamat dari insiden di film sebelumnya), atau karena chemistry-nya dengan Kristen. Edward termasuk tokoh yang masuk dalam lingkar dominasi Bella, begitupun dengan Jacob.

Sementara itu, kehadiran banyak tokoh vampir lainnya dalam “Breaking Dawn – Part 2” benar-benar memberikan gambaran yang menyegarkan. Setiap tokoh (maupun pasangan tokohnya) terasa memiliki kisah menariknya masing-masing.

Sedikit di luar dugaan, kehadiran Mackenzie Foy sebagai Renesmee aktual yang berusia sekitar 7 tahun ternyata tak lebih sebagai peran pelengkap saja. Ia memang mampu tampil sebagai anak gadis yang manis dan lembut, namun tak lebih dari itu.

Lalu, mengapa disebut Renesme aktual? Karena sejak pertama kali muncul sebagai bayi dan balita, wajah Renesmee ditampilkan sebagai hasil rekayasa efek visual 3D. Di banyak bagian, mata yang awam saja sudah cukup mampu menangkap celah tidak sinkronnya efek visual yang dipasangkan.

Ada satu hal lagi yang cukup mengganggu mata non-Twihard. Wajah vampir yang dibuat pucat, kerap terlihat memiliki warna yang berbeda dengan kulit. Salah satunya Emmet Cullen (Kellan Lutz), yang terlihat seperti memakai bedak ketebalan.

Di kubu Volturi, Aro (Michael Sheen) dkk mampu tampil menyebalkan. Gayanya yang songong sukses membuat penonton kesal, termasuk penampilan Jane (Dakota Fanning) salah satu kaki tangan andalannya. Meskipun sebenarnya terasa sangat disayangkan, kemampuan akting Dakota yang selama ini dikenal sebagai aktris ceria, hanya untuk sebuah peran antagonis sampingan. Minim mimik dan dialog, dengan durasi kemunculan yang tak lama.

Tak ketinggalan, tetap ada beberapa hal manis yang tepat dihadirkan di “Breaking Dawn – Part 2” sebagai akhir dari serial “The Twilight Saga”. Seperti lagu “A Thousand Years, Part 2” dari Christina Perri dan Steve Kazee di penghujung cerita, yang bakal dijadikan wedding song impian banyak cewek. Termasuk juga tayangan di akhir film berisi gambar-gambar para pemeran yang terlibat dari film pertama hingga terakhir.

Semua komponen di atas, menghasilkan “Breaking Dawn – Part 2” yang unik, menghibur dan terasa menyenangkan, serta cukup pas disaksikan di kala senggang, untuk menghindari antrean yang luar biasa panjang dan mencengangkan.

[]