Bersetubuh di Depan Lensa

421
views

KONON, manusia adalah makhluk yang selalu penasaran. Dengan kelima indera, manusia mencari tahu tentang segalanya. Mereka menemukan banyak hal yang menyenangkan, termasuk dalam urusan syahwat dan selangkangan. Lalu alami kemelekatan.

Seminggu terakhir, berita tentang video mesum remaja terpajang di halaman depan harian lokal. Tak tanggung-tanggung, ada empat judul video yang dibahas. Satu video berasal dari Samarinda yang dibuat di bawah ancaman, tiga lainnya berasal dari Kutai Kertanegara yang terkesan dibuat secara sukarela.

Keempat video mesum tersebut sama-sama menampilkan remaja sebagai pelakon, bahkan ada yang terlihat masih mengenakan seragam sekolah kala menunaikan “hajat”-nya.

Dua video di antaranya, memuat rekaman “aksi” sepasang remaja. Logika yang masih umum berlaku di Samarinda, mereka adalah pasangan yang berpacaran. Karena akan terasa sangat janggal apabila ada cewek (terlebih yang masih di bawah umur) bersedia diajak berhubungan badan tanpa alasan atau latar belakang yang kuat. Apalagi, konsep one night stand terlebih EEP (Ewi-ewi Persahabatan)masih menjadi barang asing.

illustrator: Adoel
  1. “Sutradara” video mesum yang dibuat di bawah ancaman sudah ditangkap polisi. Setting-nya di semak belukar yang rumputnya tampak rebah kerap dijadikan wadah tidur. Para pelaku perekam dan pengancam mengaku, mereka sering melihat si cowok masuk keluar area semak belukar itu dengan cewek berbeda. Sampai akhirnya mereka membuntuti dan melihat sejoli tersebut dalam kondisi post-coitus (bayangkan saja dalam kondisi bugil dan terlihat berantakan), lalu mereka memaksa pasangan remaja (cowok: 15 tahun, cewek: 13 tahun) untuk kembali melakukan persetubuhan dan direkam. Dari keterangan si cowok, mereka bukan pasangan pacaran. Ajaib, untuk ukuran gaya pergaulan Samarinda.
  2. Video mesum berpasangan kedua dilakukan di atas motor. Keren sih, kinky. Mereka berdua datang ke lokasi dengan motor masing-masing, dan sepertinya pada jam pulang sekolah. Karena si cewek masih mengenakan baju kaus olahraga. Setidaknya, si cowok masih lebih sexually aware dan berhati-hati kala beraksi. Ia sempat membungkus tititnya pakai kondom. 😛
  3. Dua video lainnya melibatkan lebih dari dua orang. Bahkan salah satu di antaranya, dan yang paling banyak partisipannya, bisa dibilang video mesum tanpa adegan penetrasi. Tampaknya, si cewek masih perawan, dan para cowok dikomando untuk hanya sekadar “celupin dikit”.

Sebagai kebutuhan alamiah, syahwat warga negara Indonesia yang hanya bisa disalurkan lewat hubungan badan seyogianya menjadi hak pasangan suami istri, atau setidaknya oleh orang yang sudah dikategorikan dewasa secara hukum. Namun video-video di atas menunjukkan bahwa aktivitas berlendir tersebut ternyata sudah diakrabi oleh anak-anak muda yang masih berusia belasan tahun.

Kenyataan ini memunculkan pertanyaan: “apakah pacarannya anak remaja mesti diwarnai dengan hubungan badan?” dan “apakah hubungan badan mesti direkam?”

Teorinya nih ya, berpacaran adalah proses untuk saling mengenal, saling memahami, dan saling mencari kecocokan. Apabila proses ini berjalan mulus, hubungan pacaran bisa berujung pada pernikahan. Nah, setelah menikah, barulah sepasang kekasih itu bebas beradu tak berbatas waktu. Biar nungging depan belakang selama 24 jam pun enggak bakal diganggu.

Akan tetapi, banyak oknum cowok yang kadung penasaran pengin tahu seperti apa rasanya bercinta. Dengan segala modus dan upaya, mereka berusaha untuk bisa “mendapatkannya”. Tanpa memikirkan efek jangka panjang yang bisa dirasakan pasangannya.

Hal ini tergambarkan dari SMS maupun email yang pernah terbit dalam rubrik curhat harian lokal yang sama selama beberapa tahun terakhir. Beragam modus yang digencarkan para cowok, dimulai dari rayuan sampai ancaman yang mengatasnamakan pembuktian rasa cinta. Si cewek yang sudah dimabuk asmara, mempercayakan semua kepada pacarnya. Di lain kasus, apabila si cewek menolak, maka akan dituding “tak benar-benar cinta”, dan langsung berhadapan dengan ancaman putus hubungan. Malang, banyak cewek yang terpaksa menyerah, ketimbang harus kehilangan seseorang yang dicintainya. Ternyata yang namanya cinta, memang kerap bikin buta.

Setelah eksekusi terjadi, rasa penasaran sang cowok telah terpenuhi, dan si cewek pun sudah tak perawan lagi. Tapi, ini malah tak menjamin status pacaran yang berjalan bakal berujung pada pernikahan. Sikap sang cowok bisa saja berubah, kemudian si cewek pun menjadi jengah. Ingin hati mengakhiri hubungan ini, namun harga diri menjerit dan hanya menyisakan penyesalan yang pedih tak terperi.

Setelah ditinggalkan, si cewek alami trauma asmara, dan kerap merasa rendah diri lantaran sudah dikhianati. Cowok yang pernah menjadi pangeran di hatinya, ternyata tak lebih dari sebuah dispenser sperma. Itupun kalau tidak “kebobolan”.

Gambaran di atas memang terkesan sangat dramatis, lantaran si cewek pasti akan selalu menjadi korban. Karena bagaimanapun juga, sudah ada sesuatu yang direnggut dari mereka.

Sebaliknya, setelah putus dari si pacar, sang cowok mungkin bisa langsung bebas melenggang kembali bergaul dengan teman-temen satu gengnya, atau bahkan mencari gebetan baru. Tanpa pernah ada yang tahu apakah dia masih perjaka atau tidak. Ironis, masih banyak cowok yang menganggap kejantanan dan kegagahan itu berbanding lurus dengan jumlah lubang yang pernah ditembusnya.

Kondisi ini memang tidak adil. Hanya saja, ketimbang menyalahkan keadaan, lebih baik menghindar. Jadilah cewek yang kuat dan tegas mengatakan tidak. Apabila sang pacar terus memaksakan kehendak bahkan mengancam putus, itu artinya dia memang bukan calon suami yang sebenarnya.

Sedangkan bagi para cewek yang sudah telanjur mengalami hal ini, tetaplah bersabar dan tegar. Apa yang telah terjadi, tak mungkin diulang kembali (kecuali kalau mau operasi mengembalikan hymen lagi). Memori buruk hanya bisa dijadikan pengalaman dan pembelajaran, agar bisa lebih hati-hati di masa depan.

Begitupun bagi para cowok yang seharusnya bisa bersikap lebih gentleman; memperlakukan perempuan dengan hormat dan sebagaimana mestinya. Meskipun ada anggapan yang mengatakan bahwa “kucing enggak bakal menolak ikan”, cowok akan disebut munafik apabila menolak takluk pada dorongan syahwatnya. Tapi dengan menempatkan akal (dan juga hati; memangnya tega lihat saudara cewek Anda mengalami nasib serupa) di atas nafsu, Anda sudah membuktikan diri sebagai cowok yang lebih berkualitas. Setidaknya, Anda menghilangkan satu peluang untuk menyakiti seorang perempuan.

JANGAN DIREKAM

Secara hukum, kasus video-video mesum di atas ditangani sebagai kejahatan di bawah umur dengan ranah pidana. Sedangkan persetubuhan yang dilakukan oleh dua orang dewasa (berusia 17 tahun ke atas) yang masih sama-sama belum menikah, berlangsung tanpa paksaan, dan tanpa ada pihak yang merasa jadi korban, akan ditempatkan dalam ranah privat yang mengedepankan jalur kekeluargaan.

Apabila Anda adalah cowok atau cewek berusia dewasa (menurut hukum Indonesia) yang berpikiran liberal, tidak terlalu ambil pusing dengan yang selama ini dilabeli sebagai moralitas agama, dan menganggap bahwa persetubuhan adalah hal yang biasa saja, ya monggo beradu selama dilakukan atas kesadaran dan kesepakatan bersama. Orang lain pun nggak berhak untuk nggrecoki.

Namun lain ceritanya apabila aktivitas beradu fisik tersebut diabadikan dalam bentuk rekaman video atau foto, karena sudah bisa dianggap sebagai pembuatan konten pornografi (di situs-situs bokep bisa masuk kategori amateur :P). Selain penanganan pidana, risikonya adalah video atau foto yang tersebar luas, berbuah cemooh atas diri sendiri, orangtua, maupun keluarga. Iya kalau kitanya bisa cuek, tapi kalau sampai bikin sakit hati orang yang kita sayangi, gimana coba?

Masalahnya, kenapa juga harus direkam? Apakah narsis? Jadi kinky excitement? Seperti sensasi ketika melihat bayangan diri sendiri lewat cermin di langit-langit kamar hotel kawasan Mangga Besar? Atau sekadar jadi kenang-kenangan? Hanya para “pemerannya” saja yang tahu alasannya.

[]

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

fourteen − fourteen =