Angin di Belanda

27 April 2015

SETIDAKNYA ada dua hal yang cukup menarik untuk dibahas lebih lanjut, terkait inovasi berbasis teknologi yang sedang berlangsung di Belanda hingga kini. Pertama, keunggulan dan totalitas Belanda sebagai “pawangnya” pelestarian dokumen-dokumen bersejarah dalam bentuk digital bersama UNESCO (dikutip dari unesco.nl), dan eksplorasi tiada henti atas sumber energi alternatif yang relatif murah, efisien, ramah lingkungan, sekaligus benda estetis dari udara: angin.

Kedua hal di atas memang sama-sama penting, namun tak bisa dimungkiri bahwa listrik berhubungan langsung dengan hidup banyak orang.

Ya, bukan tanpa alasan jika Belanda dijuluki Negeri Kincir Angin secara harfiah. Pasalnya, dengan hampir 1.900 turbin angin yang aktif beroperasi di seluruh penjuru negara berdasarkan data Desember 2013 seperti tercantum di situs milik Centraal Bureau voor de Statistiek, mampu menghasilkan lebih dari 2.400 MW daya listrik. Angka yang cukup lumayan, apabila dibandingkan dengan pertumbuhan kebutuhan listrik di Indonesia yang mencapai 1.800 MW per tahun menurut Menko Bidang Kemaritiman Indroyono Soesilo di Jakarta awal November tahun lalu, kepada kabarenergi.com.

Kincir angin yang tadinya merupakan ikon perkembangan peradaban bangsa Belanda pun, berubah menjadi salah satu simbol pencapaian kemajuan teknologi energi.

Source: earthtimes.org

 

Dalam hal ini, Belanda membuktikan dan terus meningkatkan kemampuannya memberdayakan objek udara alias angin, barang yang saking berlimpahnya sampai-sampai kerap disepelekan. Yang kemudian, tak hanya berdampak pada pemenuhan kebutuhan mendasar manusia, yakni pasokan listrik, namun juga menggelorakan sektor-sektor lain.

Salah satu yang paling anyar, Google berani berinvestasi besar di Belanda. Dengan termin awal selama sepuluh tahun, Google menempatkan pusat data senilai tak kurang dari 600 juta euro di Land of Oranje tersebut. Kehadiran pusat data itu sepenuhnya menyerap energi dari “perkebunan daya angin” baru (sumber: zdnet.com).

Kreativitas juga membawa urusan produksi daya listrik dengan tenaga angin ini ke level selanjutnya. Dengan ide yang sangat cutting edge, tercetuslah rencana untuk mendirikan turbin angin raksasa yang tidak hanya mampu memanen tenaga dalam kuantitas cukup besar, melainkan juga menjadi bangunan hunian manusia, pusat bisnis dan hiburan, sebuah mahakarya desain arsitektural nan keren, pembuktian obsesi saintifik, sekaligus landmark baru Kota Rotterdam.

Lewat gambar proyeksi tiga dimensi yang bisa dilihat di laman Popular Science juga di laman resminya, bangunan futuristik menghadap laut yang dinamakan The Dutch Windwheel–Roda Angin Belanda–itu memiliki bentuk utama berupa lingkaran. Di lubang bagian tengahnya, terpasang semacam sekat yang terhubung dengan generator daya untuk proses produksi energi. Selebihnya, The Dutch Windwheel menggunakan sistem inovatif yang berbeda dengan metode kerja turbin-turbin angin lainnya.

Source: dutchwindwheel.com

Bertajuk teknologi EWICON (Electrostatic Wind Energy Converter), tidak ada komponen turbin yang bergerak. Sehingga tidak memerlukan baling-baling yang berputar layaknya kincir angin konvensional. Secara teknis, cara kerja teknologi yang dikembangkan di Delft University of Technology sejak dua tahun lalu itu, ialah memanfaatkan tenaga angin untuk mendorong partikel bermuatan agar bergerak sesuai arah tertentu. Sebagai bonus, selain lewat angin tenaga juga dihasilkan dari komponen lain. Yaitu panel surya. Selebihnya, The Dutch Windwheel juga dilengkapi dengan teknologi daur ulang air, serta mekanisme produksi biofuel sebagai bahan bakar alternatif yang lebih bersahabat dengan alam.

Keseluruhan konstruksi The Dutch Windwheel terdiri atas dua lingkaran besar. Lingkaran dalam, yang lubangnya langsung dilewati angin, akan diisi dengan apartemen, hotel, dan restoran. Sedangkan lingkaran luar bakal dijadikan atraksi pariwisata dan hiburan, tempat di mana para turis dapat naik ke puncak tertinggi dan melihat banyak hal. Termasuk menyaksikan sendiri predikat Belanda yang termasyhur sebagai negara “pengendali air”; memiliki daratan di bawah permukaan laut namun tetap kering dan terus terjaga sampai sekarang.

Konsep The Dutch Windwheel ini memang masih dipersiapkan, namun bukan mustahil dapat terwujud. Kendatipun belum, setidaknya tidak menutup kemungkinan dapat menginspirasi orang-orang cerdas ataupun negara lainnya, untuk mulai beralih ke sumber energi yang terbarukan, hampir tanpa polusi, dan seringan udara. Karena pada dasarnya, itulah salah satu manfaat dari inovasi.

[]

* Artikel ini diikutsertakan dalam ajang Holland Writing Competition 2015.