3 Dara
UNTUK tujuan menghibur tanpa embel-embel yang terlampau banyak, boleh dibilang gender swap adalah salah satu topik yang relatif mudah dijadikan pilihan. Sebab fokusnya hanya satu, yakni tokoh pria atau wanita yang–entah bagaimana ceritanya–mengalami perubahan menjadi berjenis kelamin sebaliknya, kemudian menjalani konflik yang digulirkan. Sebagai hasil akhir, penonton pun dihadapkan pada kelucuan-kelucuan yang ada, dan terkadang ditambah dengan satu atau beberapa pesan moral mengenai kepedulian sosial, kesetaraan gender dan simpati antarmanusia, dan sejenisnya.
Salah satu poin utama yang membedakan antara film-film bertema gender swap adalah gaya yang disuguhkan sutradara maupun penulis cerita. Apakah dibuat banal, atau subtle. Dipenuhi ciri khas slapstick, atau dengan humor-humor dewasa. Dengan ini, tidak berlebihan rasanya jika “3 Dara” dinilai relatif cerdas menampilkan tema gender swap, namun tetap mampu menjaga kadar kelucuannya pada porsi yang cukup.
Penonton film ini tidak akan dipertemukan dengan figur banci, meskipun karakter utama yang mengalami gender swap adalah tiga pria: Jay (Adipati Dolken), Afandi (Tora Sudiro), dan Richard (Tanta Ginting). Jadi, ihwal tukar-bertukar yang terjadi tidak sevulgar di judul-judul serupa lainnya. Pada sisi lain, perubahan perilaku yang ditunjukkan oleh ketiga lakon tersebut cenderung lebih mengarah pada fluid sexuality, sesuatu yang kian jamak terlihat di masa kini. Sehingga, tidak salah apabila kesimpulan yang ditarik oleh sebagian penonton di akhir cerita bukanlah sesuatu antara “pria dan wanita”, melainkan antara “the alpha males with attitude issues dan wanita.” Kalau sudah begini, jangan heran apabila obrolan yang muncul setelah menonton adalah soal hubungan.
Lagian, kayaknya para alpha males juga bakal mikir banyak kali sebelum memutuskan menonton film ini. Kecuali karena beberapa latar belakang: dipaksa pacar/istri/pasangan, penasaran, atau memang moviegoer pelahap segala film.
Garis aman lain yang ditampilkan dalam film ini adalah penerapan tema yang wagu sekaligus saru. Selain tidak ada figur banci atau apa pun yang sejenis, perubahan yang dialami para tokoh tidak sampai bermain di urusan orientasi seksual (don’t blame me for this point, it was all about swapped gender, right?). Nanggung tapi malah tidak berlebihan, pas. Cuman bikin beberapa adegan terasa agak lebay saja. Apalagi karena lakon dibawakan oleh Tora, yang notabene selama ini bisa dan biasa tampil luwes; juga Tanta Ginting.
Bagian yang mengejutkan adalah penampilan Adipati Dolken. Kendati tetap meledak-ledak di “3 Dara”, gayanya yang khas seperti di film-film drama sebelumnya, namun terasa sangat total. Ia berhasil me-reset kesan kuat yang ditinggalkannya dari film “Jenderal Soedirman”.
Selain mereka, bertaburan wajah-wajah tak asing baik sebagai cameo maupun figuran. Mulai Richard Oh, Anjasmara, Hengky Solaiman, Shara Aryo yang berusaha tampil njawani, DJ Yasmin, sampai entah siapa namanya yang berperan sebagai suami Mel (Ayushita).
[]